Senin, 27 Maret 2023

Manajemen Risiko

 





A. Pengertian Manajemen Risiko

Manajemen risiko merupakan suatu usaha untuk mengetahui, menganalisis, serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektivitas dan efisiensi yang lebih tinggi. Karena itu, perlu terlebih dahulu dipahami tentang unsur-unsur yang dapat memberikan makna, cakupan yang luas dalam rangka memahami proses manajemen risiko itu.

 

B. Manfaat Manajemen Risiko

a. Menjamin pencapaian tujuan

b. Meminimalkan kemungkinan bangkrut

c. Meningkatkan keuntungan perusahaan

d. Memberikan keamanan pekerjaan

 

C. Tujuan Manajemen Risiko

    Tujuan dari manajemen risiko yaitu untuk menjamin bahwa suatu perusahaan atau organisasi dapat memahami, mengukur, serta memonitor berbagai macam risiko yang terjadi dan juga memastikan kebijakan-kebijakan yang telah dibuat dapat mengendalikan berbagai macam risiko yang ada. Agar pelaksanaan bisa berjalan dengan lancar maka perlu adanya dukungan dalam menyusun kebijakan dan pedoman manajemen risiko sesuai dengan kondisi perusahaan.

Secara khusus, tujuan dari manajemen risiko ialah:

a. Menyediakan informasi mengenai risiko kepada pihak regulator.
b. Meminimalkan kerugian dari berbagai risiko yang uncontrolled.
c. Agar perusahaan tetap hidup dengan perkembangan yang berkesinambungan.
d. Biaya manajemen risiko (risk management) yang efisien dan efektif.
e. Memberikan rasa aman.
f. Agar pendapatan perusahaan stabil dan mampu memberikan kepuasan bagi pemilik dan pihak lain.

 

D. Prinsip Manajemen Risiko

Prinsip-prinsip dalam manajemen risiko yang perlu diperhatikan antara lain:

a. Perumusan tujuan

Kejelasan visi dan misi perusahaan menjadi pedoman untuk menentukan langkah-langkah rasional dan strategi yang harus ditempuh, salah satunya yaitu tujuan yang hendak dicapai dalam pengelolaan risiko perusahaan melalui langkah-langkah antisipasi risiko secara umum yang bertujuan untuk menghindari segala bentuk pemborosan.

b. Kesatuan arah

Dalam menjalankan suatu kegiatan dalam perusahaan, maka harus mempunyai tujuan yang sama dengan yang diarahkan oleh pimpinan. Dalam buku prinsip-prinsip manajemen dikatakan, seorang karyawan yang bekerja di salah satu bagian hanya menerima instruksi mengenai kegiatan tertentu dari seorang kepala bagian yang menjadi atasannya.

c. Pembagian kerja dan pendelegasian wewenang

Pembagian kerja dan pendelegasian wewenang dalam sebuah perusahaan perlu dilakukan sehingga setiap unit mengetahui secara jelas wewenang dan tanggung jawab yang diembannya. Tujuan dari pendelegasian wewenang adalah untuk mencapai hasil akhir yang maksimal sesuai yang diinginkan dengan mendelegasikan sebagian tugasnya pada bawahan.

d. Koordinasi

Koordinasi merupakan salah satu fungsi manajemen atau proses pengintegrasian, sinkronisasi, serta penyederhanaan pelaksanaan tugas yang terpisah-pisah secara terus menerus untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Adanya koordinasi diharapkan tidak terjadi pekerjaan yang tumpang tindih. Tanpa koordinasi, maka sulit didapatkan tujuan perusahaan yang efektif dan efisien.

e. Pengawasan

Dengan adanya prinsip pengawasan, maka dapat diketahui tentang hasil yang telah dicapai. Pengawasan dapat berfungsi untuk mengukur seberapa jauh hasil yang telah dicapai sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Pengawasan harus dilakukan guna menghindari penyalahgunaan wewenang.

 

E. Langkah-langkah Manajemen Risiko

a. Identifikasi Risiko perusahaan

Identifikasi risiko bisa dilakukan dengan bantuan penggunaan checklist. Dalam sebuah perusahaan diperlukan metode yang sistematis untuk mengeksplorasi semua segi dari sebuah perusahaan. Metode yang bisa digunakan adalah:

1). Kuesioner analisis risiko (risk analysis questionnaire)

Manajer risiko perlu memastikan bahwa informasi yang diperlukan berkenaan dengan harta dan operasi perusahaan tidak ada yang terlupakan.

2). Metode laporan keuangan

Metode ini dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yaitu neraca, laporan laba dan rugi, serta catatan keuangan lainnya. Manajer risiko dapat mengidentifikasi semua risiko yang berkenaan dengan harta, utang, dan personalia perusahaan. Setiap perkiraan, dianalisis secara mendalam berkaitan dengan kemungkinan kerugian yang dapat terjadi dari setiap perkiraan itu.

3). Metode peta aliran

Metode ini akan menggambarkan seluruh rangkaian operasi usaha dimulai dari input sampai output. Checklist dari kerugian potensial digunakan untuk operasi yang terlihat dalam peta aliran sehingga menentukan kerugian yang dihadapi oleh perusahaan yang bersangkutan.

4). Metode inspeksi langsung di tempat

Metode ini digunakan untuk melakukan pemeriksaan secara langsung di tempat dimana dilakukan aktivitas perusahaan. Pengamatan manajer risiko bisa membuahkan hasil mengenai bagaimana kenyataan-kenyataan di lapangan sehingga bermanfaat untuk penanggulangan risiko.

5). Mengadakan interaksi dengan pihak luar

Pihak luar bisa diartikan yaitu mengadakan hubungan dengan perseorangan ataupun perusahaan-perusahaan lain. Terutama pihak-pihak yang dapat membantu perusahaan dalam menanggulangi risiko seperti penasihat hukum, akuntan, konsultan manajemen, dan lain-lain. Mereka dapat membantu dalam mengembangkan identifikasi terhadap kerugian-kerugian potensial.

6). Catatan statistik dari kerugian masa lalu

Catatan ini bisa digunakan untuk evaluasi kinerja. Kinerja yang berpotensi akan menimbulkan kerugian perlu dipantau dan disempurnakan, seperti: kualitas produksi, kualitas pelayanan, dan lain-lain.

7). Analisis lingkungan

Langkah ini sangat diperlukan guna mengetahui kondisi yang mempengaruhi timbulnya risiko seperti konsumen, pesaing, supplier, dan lain-lain. Dalam menganalisis masing-masing komponen, pertimbangan yang penting di antaranya: sifat hubungannya, keanekaannya serta kestabilannya. Seperti contoh: penjualan produk secara langsung atau tidak langsung, dari produsen langsung ke konsumen atau dari produsen melalui grosir, pedagang eceran baru ke konsumen, dan lain-lain.

b. Mengukur risiko

Mengukur usaha dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui relative tingkat pentingnya dan memperoleh informasi untuk menetapkan kombinasi peralatan manajemen risiko yang tepat untuk menangani. Metode untuk mengukur risiko ini antara lain:

1) Metode sensitivitas

Metode sensitivitas merupakan suatu cara pengukuran dampak pada eksposur dari akibat pergerakan variabel suatu risiko. Pengukuran dengan metode sensitivitas ini banyak digunakan karena metode ini paling mudah teknis perhitungannya dan hamper semua analis dan manajer perusahaan pernah melakukan metode sensitivitas terhadap rencana keputusan. Adapun variabel risiko yang dianalisis menggunakan metode sensitivitas antara lain: risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko pasar, risiko kredit, dan risiko likuiditas.

2) Metode volatilitas

Metode volatilitas merupakan metode yang menunjukkan besaran kemungkinan hasil di sekitar ekspektasi hasil. Volatilitas yang sering digunakan adalah jangkauan (range) dan standar deviasi. Perhitungan standar deviasi dapat menggunakan dua jenis data yaitu data historis dan data hasil peramalan.

3) Risiko sisi bawah (downside risk)

Risiko dapat memberi dampak positif maupun negative. Risiko ini hanya mengukur potensi dampak buruk bila risiko menjadi kenyataan. Perlu diingat, terdapat kondisi di mana perusahaan bisa menghadapi risiko yang hanya berdampak positif, tetapi tidak hanya berdampak negatif.

c. Pengendalian risiko

Pengendalian risiko (risk control) dapat dilakukan melalui pengendalian risiko dan pembiayaan risiko. Pengendalian risiko dapat dijalankan dengan menghindari risiko.




Referensi

· [Buku].(2022).Manajemen Risiko

· Gramedia.(2021).Manajemen Risiko

Tidak ada komentar:

Posting Komentar