Pengertian
Perencanaan Audit
Perencanaan
audit merupakan jembatan untuk pekerjaan pengujian berupa prosedur-prosedur
yang akan dilakukan. Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi
menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan sehingga dengan
perencanaan dan program audit yang matang, proses audit sektor publik akan
mampu merespons tantangan masyarakat, perubahan lingkungan di mana audit
dilakukan, dan kebutuhan stakeholder yang berbeda dalam proses demokrasi, semua
dalam parameter kemerdekaan mereka.
Tujuan
Perencanaan Audit
Menghemat
waktu, tenaga dan biaya yang dikeluarkan di satu sisinya, dengan tetap menjaga
kualitas hasil audit di sisi lainnya, dari suatu proses audit.Tercapai atau
tidaknya tujuan tersebut banyak dipengaruhi oleh bagus atau tidaknya
perencanaan audit yang dibuat oleh auditor.
Tahapan
Perencanaan Audit
1. Menerima
klien dan melakukan perencanaan audit awal
Perencanaan audit awal harus memiliki empat hal yang perlu dilakukan terlebih dahulu dalam proses audit. Auditor memutuskan akan menerima klien baru atau melanjutkan klien lama untuk dilakukan audit (membuat perikatan baru atau perikatan lama) dengan ketentuan sebagai yaitu, Investigasi atas klien dan Klien yang berlanjut
Terdapat
beberapa pertimbangan auditor untuk menolak penugasan audit klien lama,
misalnya:
1. Kelayakan
ruang lingkup audit
2. Jenis
pendapat yang diberikan
3. Jumlah
honorarium
4. Klien
kurang memiliki integritas sehingga tidak layak menjadi kliennya
5. Adanya
tuntutan hukum kepada kantor akuntan publik atau pada klien
Ø Auditor
akan mengidentifikasi mengapa klien menginginkan untuk dilakukan audit, karena
informasi ini akan mempengaruhi bagian dari proses perencanaan selanjutnya.
Ø Untuk
menghindari terjadinya kesalahpahaman, auditor harus memenuhi syarat-syarat
penugasan yang ditetapkan oleh klien. Menurut standar audit memahami klien
merupakan syarat bahwa auditor harus mendokumentasikan pemahamannya dengan
klien dalam surat penugasan (engagement letter) termasuk dalam tujuan
penugasan, tanggung jawab auditor dan manajemen, mengidentifikasi kerangka
kerja laporan keuangan yang digunakan oleh manajemen perusahaan, dan Batasan-batasan
penugasan.
Ø Auditor
akan mengembangkan strategi audit secara keseluruhan dengan membentuk tim atau
orang-orang yang memiliki keahlian khusus dibidangnya, dengan ketentuan sebagai
berikut:
·
Memilih staf untuk melakukan penugasan
·
Mengevaluasi kebutuhan akan spesialis dari
luar (orang-orang yang ahli diluar keahlian auditor).
2. Memahami
bisnis dan industri klien
Standar
auditing terdapat prinsip dasar didalamnya yang menyatakan bahwa “Auditor
mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material, apakah karena
kecurangan atau kesalahan, berdasarkan pemahaman tentang entitas dan lingkungannya,
termasuk dalam pengendalian internal entitas”. Ada beberapa aspek pendekatan
Untuk memahami bisnis dan industri klien yang terdiri dari:
Ø Industri
dan lingkungan eksternal
Ø Operasi
dan proses bisnis
Ø Manjemen
dan tata kelola
Ø Strategi
dan tujuan klien
Perlunya pemahaman
auditor tentang strategi dan tujuan klien yang berhubungan dengan:
·
Reliabilitas pelaporan keuangan: bahwa
laporan keuangan perusahaan tersebut dapat diandalkan
·
Efektivitas dan efisiensi operasi: semakin
efektif standar operasi perusahaan tersebut dijalankan maka perusahaan tersebut
memiliki SOP yang benar-benar baik.
·
Ketaatan pada hukum dan peraturan: karena
sebagian perusahaan jarang mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku.
Ø Ukuran
dan kinerja klien yang digunakan manajemen untuk mengukur adanya kemajuan dalam
pencapaian tujuan perusahaan.
3. Menilai
risiko bisnis klien
Auditor
akan memeriksa dan memahami strategi bisnis yang telah dijalankan oleh klien
dan auditor akan menilai apakah ada risiko yang mungkin terjadi dalam bisnis
klien tersebut, jika memang ada risiko dalam bisnis tersebut maka dapat
dipastikan bahwa bisnis yang dilakukan oleh klien tersebut mengalami kegagalan
dalam pencapaian tujuan perusahaan.
4. Melaksanakan
prosedur analitis pendahuluan Terdapat tujuan prosedur analitis pendahuluan:
Ø Prosedur
analitis awal
Digunakan
untuk membantu auditor dalam memahami dengan baik mengenai bisnis klien dan
untuk merencanakan sifat, saat dan luas prosedur audit.
Ø Prosedur
analitis substantif
Digunakan
untuk memperoleh kejelasan mengenai asersi tertentu yang berkaitan dengan saldo
akun atau kelompok transaksi.
Ø Prosedur
analitis akhir
Digunakan untuk mereview seluruh informasi keuangan dalam tahap review akhir audit. Standar audit mensyaratkan penggunaan prosedur analitis untuk tujuan prosedur analitis awal dan prosedur analitis akhir.
Ø Menentukan
tingkat materialitas awal
Materialitas
merupakan besarnya informasi yang terjadi apabila adanya penghilangan atau
pengurangan yang dapat mempengaruhi pengguna laporan keuangan dalam mengambil
keputusan. Tingkat materialitas semakin rendah maka jumlah bukti yang
diperlukan yang diperlukan semakin besar, dan semakin besar saldo akun maka
semakin besar juga jumlah bukti yang diperlukan.
Ø Mempertimbangkan
risiko audit yang dapat diterima dan risiko bawaan
Risiko
audit merupakan resiko yang mugkin terjadi selama melakukan audit laporan
keuangan, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu
laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor
dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang terjadi.
5. Memahami
pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
Lingkungan
pengendalian merupakan komponen pengendalian internal yang terdapat empat
proses didalamnya, yaitu:
Ø Penilaian
risiko merupakan tindakan yang dilakukan oleh manjemen dalam mengidentifikasi
dan menganalisis risiko-risiko yang relevan.
Ø Aktivitas
pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur dalam memastikan tindakan yang
diperlukan telah dilakukan untuk menangani risiko yang terjadi dalam mencapai
tujuan entitas.
Ø Informasi
dan komunikasi akuntansi bertujuan untuk melakukan pencatatan, pemrosesan, dan
pelaporan transaksi yang dilakukan oleh entitas serta untuk mempertahankan
akuntabilitas aset terkait.
Ø Pemantauan
Aktivitas berhubungan dengan penilaian mutu pengendalian internal secara
berkelanjutan oleh manajemen dalam menentukan apakah pengendalian itu telah
beroperasi seperti yang diharapkan atau belum.
6. Mengumpulkan
informasi untuk menilai risiko kecurangan
Auditor
harus mulai mengumpulkan informasi untuk menilai adanya risiko kecurangan
selama perencanaan audit berlangsung dan memperbarui penilaian tersebut selama
proses audit berlangsung. Informasi yang terdapat dalam penilaian risiko kecurangan
dapat ditemukan saat auditor melakukan kunjungan ke perusahaan klien serta
mengidentifikasi pihak-pihak yang terkait didalamnya.
7. Mengembangkan
strategi audit dan program audit secara keseluruhan
Dalam
perencanaan audit terhadap asersi individual atau golongan transaksi, auditor
dapat memilih strategi audit awal:
Ø Primarily
subtantive approach
Pada
strategi ini, auditor lebih mengutamakan pengujian substantive daripada
pengujian pengendalian.
Ø Lower
assessed level of control risk approach
Auditor
lebih mengutamakan pengujian pengendalian daripada pengujian substantive pada
strategi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar